IKNPOS.ID – Nusantara Financial Center (NFC) atau pusat keuangan akan mulai dibangun di IKN (Ibu Kota Nusantara) pada 2025 mendatang.
Hal ini disampaikan Deputi Direktur Direktorat Pengembangan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Zulkifli Salim.
“Untuk Nusantara Financial Centre, roadmap yang disusun oleh pemerintah bersama dengan regulator, pembangunan fisiknya baru akan dimulai pada 2025,” ujar Zulkifli dalam acara Investortrust Power Talk yang disiarkan secara virtual, pada Jumat, 26 Juli 2024.
Menurutnya, OJK telah membuat kajian untuk mendukung pembangunan pusat keuangan/NFC di IKN.
Ini sebagai landasan penyusunan kebijakan ke depan guna mendukung terwujudnya financial center yang mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.
Pembangunan financial center tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2023 tentang Pemberian Perizinan Berusaha, Kemudahan Berusaha, dan Fasilitas Penanaman Modal bagi Pelaku Usaha di Ibu Kota Nusantara (PP IKN).
NFC diproyeksikan sebagai niche financial center yang berperan untuk menghimpun sekaligus menyalurkan pendanaan dari atau ke pasar lokal serta offshore.
Kemudian diarahkan sebagai pusat inovasi layanan perbankan di Indonesia dengan produk keuangan yang lebih beragam. Dengan begitu, sektor keuangan Indonesia semakin berdaya saing di kawasan Asia Tenggara.
Beberapa produk dan layanan yang akan ada di NFC, antara lain layanan bank umum, layanan terkait aset kripto, layanan terkait penyediaan keuangan keberlanjutan, wealth management, trustee, dan layanan keuangan Islam.
Seluruh layanan itu nantinya akan diselenggarakan oleh Unit Usaha Khusus (UUK). Diketahui, UUK merupakan kantor cabang otonom dengan struktur tersendiri dan alokasi modal khusus.
Berdasarkan peta jalan yang disusun pemerintah, pembangunan fisik NFC akan dimulai pada tahun 2025. Pembangunan dilakukan usai menyelesaikan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di IKN.
“Contohnya, kita mau tarik dana ultra high individual atau orang super kaya seperti Bill Gates, Jeff Bezos. Kemudian ada keluarga Louis Vuitton. Lalu beberapa orang super kaya kayak jandanya Steve Jobs, dan sebagainya,” urainya.
Mereka itu, lanjutnya, punya family office di berbagai negara. Uang yang dikelola nilainya triliunan Dolar Amerika Serikat.
“Nah, pemerintah itu ingin kira-kira menarik sekian persen dari dana mereka itu untuk investasi di Indonesia. Kira-kira seperti itu,” tutupnya.