IKNPOS.ID – Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia ke Nusantara di Kalimantan Timur membawa berbagai tantangan dan peluang baru, termasuk dalam hal pengelolaan sampah.
Mengingat pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di kawasan baru ini, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan telah merancang sistem penanganan sampah yang inovatif dan berkelanjutan.
Ya, Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) baru-baru ni tengah memutuskan rencana penerapan Eco Lindi untuk penanganan sampah di IKN.
Lantas apa itu Eco Lindi? dan seperti apa rupa dan cara kerjanya?
Eco Lindi merupakan cairan penghilang bau sampah ini hadir sebagai solusi ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan bau yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga maupun industri.
Cairan Eco Lindi ini adalah salah satu inovasi yang dikembangkan oleh Rania Naura Anindhita, seorang mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Rania menceritakan, bahwa mengembangkan Eco Lindi ini sejak tahun 2021. Temuannya ini juga sudah diaplikasikan di sejumlah TPA, maupun TPST.
Eco Lindi juga coba dimanfaatkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman untuk menangani masalah bau sampah di TPS Sementara di Tamanmartani.
Ide Awal Pembuatan Eco Lindi
Rania menceritakan ide awal membuat Eco Lindi ini. Uniknya, ide itu muncul Ketika dirinya sehabis memakan buah durian.
Menurut temuannya, buah durian yang bisa membuat bau di tangan, ternyata bisa hilang dengan ‘durian’ itu sendiri.
“Ketika kita makan itu bau kan, kemudian air kalau kita tuangkan ke kulit (dalam) bisa kita pakai menghilangkan bau,” ungkap Rania.
Berawal dari peristiwa itu, dirinya mulai tertarik. Ia mulai beranggapan jauh, bahwa bisa saja air dari sampah atau lindi bisa dijadikan bahan untuk menghilangkan bau dari sampah itu sendiri.
“Artinya kita melakukan sebuah inovasi yang sustain, dalam artian terus menerus menggunakan bagian dari sampah untuk menyelesaikan sampah,” ujarnya.
Eco Lindi dikembangkan melalui serangkaian penelitian dan eksperimen yang dilakukan di laboratorium Fakultas Biologi UGM.
Rania memanfaatkan bahan-bahan alami yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme sehingga tidak meninggalkan residu berbahaya di lingkungan.
Proses pengembangan Eco Lindi menggunakan ekstrak tumbuhan yang memiliki sifat antibakteri dan antijamur untuk mengatasi mikroorganisme penyebab bau.
Melalui proses fermentasi tertentu, bahan-bahan ini diubah menjadi cairan aktif yang mampu menghilangkan bau secara efektif.
“Eco lindi dibuat dari air lindi dicampur dengan sisa air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik, dicampur dalam satu wadah kedap udara atau tangka,” jelas Mahasiswi UGM asal Sidoarjo itu.
Untuk cara penggunaanya sendiri, kata Rania, hanya tinggal menyemprotkan ke timbunan sampah. Dalam waktu 3–10 menit Eco Lindi akan bereaksi menetralkan bau sampah.
“Untuk menahan bau bisa tahan sampai 6–10 jam, dengan persentase menurunkan bau 50 persen ke atas, itu kalau takarannya pas,” pungkasnya.
Bakal Diterapkan di IKN
Direktur Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Onesimus Patiung berencana menerapkan Eco Lindi untuk penanganan sampah di IKN.
Rencana itu didapat usai pihaknya melakukan kunjungan ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sampah di Griyo Mulyo, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Rencana untuk penanganan sampah di IKN kami akan menerapkan seperti di TPA Jabon Sidoarjo,” kata Onesimus di TPA Jabon, dikutip Minggu 28 Juli 2024.
Menurutnya, penerapan Eco Lindi sangat efektif karena berfungsi dapat menghilangkan bau sampah.
“Kami sangat mengapresiasi penanganan sampah di TPA di Jabon Sidoarjo. TPA di sini tidak menimbulkan bau, karena cairan eco lindi,” ujarnya
Selain tidak menimbulkan bau, kata Onesimus, di TPA Griyo Mulyo juga tidak tampak adanya lalat.
“Biasanya lokasi sampah identik dengan lalat. Dalam penanganan sampah di IKN nantinya akan kami terapkan dengan menggunakan eco lindi,” ucapnya.