Amat K.
Ah, gegara puting beliung ini saya jadi berpikir keras. Orang dulu memang sesuka hati. Kok bisa dinamai puting beliung, saya cari-cari gambarnya belum nemu putingnya. Kalo “beliung”, saya tahu. Itu sejenis kapak. Apa iya bentuk anginnya mirip beliung berputing? Ah sudahlah. Bahasa memang arbitrer.
Mirza Mirwan
Ketika pesawat Boeing 747-121 milik PanAm dengan no. penerbangan PA103 jurusan Frankfurt-Detroit (stopover di Heathrow dan JFK) meledak di langit Lockerbie, Skotlandia, pada 21 Desember 1988, saya sedang berada di Davao City, Mindanao, Filippina. Saya membaca beritanya di koran The Philippine Star (waktu itu termasuk koran baru, terbit mulai 1986). Dan saya merinding, tentu saja. Betapa tidak. Semasih di NYC saya lebih sering naik PanAm bila ke Eropa 3-6 tahun sebelumnya. Tragedi Lockerbie itu menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat plus 11 orang yang yang kejatuhan reruntuhannya. Totalnya 270 orang — 243 penumpang, 16 awak pesawat dan 11 orang Lockerbie. Korban terdiri dari warganegara 21 negara. Terbanyak dari AS, 189 orang. Adapun bom yang meledakkan pesawat beratnya antara 350-450 kg, di bagasi pesawat. Kemungkinan dimasukkan saat stopover di Heathrow London. Tapi, eh, tiga tahun kemudian yang ditangkap kok Abdulbaset al-Megrahi yang kepala perwakilan maskapai Libya di Malta — mungkin menyuruh sejawatnya di Heathrow. Rumor beredar pengeboman itu atas perintah Moammar Khadafi. Tapi Presiden Libya yang kolonel itu membantahnya. Al-Megrahi diadili di Belanda dengan hakim dari Skotlandia. Tapi, waini, vonisnya kok “cuma” 27 tahun penjara. Itupun tak dijalani penuh karena dibebaskan gegara menderita kanker. Ia meninggal tahun 2012. Manteman, apapun agama yang Anda peluk, biasakanlah berdoa sebelum pesawat take-off. Insyaallah selamat.
Rizal Falih
Jika bukan karena harus ke toilet, saya termasuk golongan yang tidak mau melepas sabuk pengaman jika sedang dalam penerbangan pesawat. Meskipun lampu tanda sabuk kemanan sudah dipadamkan. Rasanya lebih nyaman saja, jika sabuk tetap terpasang. Pernah mengalami turbulence yang lumayan menakutkan, saat perjalanan dari kota Medan ke Jakarta. Ditengah jalan pesawat mengalami beberapa kali guncangan, sesusahnya pesawat tiba-tiba pesawat turun dari ketinggian sekira 600-500 kaki. Saya lupa persis angkanya. Tapi disampaikan oleh pilot ketika pesawat sudah kembali terbang normal. Bisa dibayangkan, kengerian yang dirasakan, seperti main roller coaster tapi diatas langit. Hanya pasrah. Disebelah, temen yang beragama kristen terdengar berteriak menyebut nama Tuhannya berkali-kali. Saya sendiri membaca ayat-ayat suci yang saya hapal. Pun penumpag yang lain. Semua menjerit histeris. Ingat pada Tuhanya masing-masing. Beruntung pesawat kembali dapat terbang normal dan semua selamat sampai tujuan.