Saya juga heran: kenapa ikut-ikutan menulis soal Vina. Kan lebih baik soal kenaikan biaya kuliah.
Kalau alasannya lagi viral kan sama viralnya. Kenaikan biaya kuliah lebih penting dibahas –bagi sebagian orang.
Saya sebenarnya juga ingin menulis soal itu. Sudah komunikasi intensif dengan ahli pendidikan online dari Universitas Petra: Felix Pasila. Yakni pemegang paten sistem Verse.
Sudah diskusi panjang. Tapi belum lengkap. Keburu terbang ke New York. Saya janji untuk bertemu lagi sepulang dari Amerika.
Sebenarnya aneh: bagaimana di zaman seperti ini masih berebut masuk perguruan tinggi konvensional. Apalagi dengan biaya yang naik terus.
Bukanlah untuk pintar sekarang ini bisa belajar sendiri. Hampir tanpa biaya?
Bukankah guru-guru terbaik di dunia kini ada di rumah siapa saja. Juga di rumah Anda. Bahkan di genggaman Anda.
Tentu tetap perlu guru. Lebih tepatnya mentor. Atau teman diskusi. Tapi tidak perlu lagi tiap pagi memenuhi jalan menuju kampus. Biayanya pun lebih murah.
Kenapa harus menghabiskan energi untuk protes. Atau membuat hati sakit. Biarkan universitas menaikkan terus biaya pendidikan mereka. Semau mereka.
Anda cukup memutuskan: tidak perlu kuliah. Seperti yang dilakukan Aisyah waktu sudah diterima di Universitas Riau tapi gak mampu bayar.
Anda sudah tahu Aisyah. Saya justru baru tahu kalau Aisyah viral ketika kembali buka medsos dua hari lalu.
Bagi yang masih ingin bergelar, Anda sudah tahu: banyak cara.
Bahkan yang sangat murah. Lalu yang lebih bermutu ada Universitas Terbuka.
Atau lewat cara yang sudah dilaksanakan Felix –tunggu, saya akan menuliskannya.
Saya sudah bertanya pada banyak guru besar: mengapa di zaman serba online ini pendaftar masuk universitas konvensional tidak menurun –bahkan masih naik? Kenapa? Ada apa?
Harus ada jawaban yang bagus. Belum ada.
Semua jawaban tidak memuaskan.
Banyak yang jawabnya masih begitu-begitu saja. Belum layak dikutip di Disway.
Jangan-jangan perusuh seperti Udin Salemo yang punya jawaban terbaik.
Tapi kalau hukum besi ekonomi masih berlaku, sejarah akan berulang. Turkiye lama, pernah memblokade Selat Bosporus.
Perdagangan darat timur-barat tersumbat. Turkiye begitu berkuasa. Berjaya. Bisa mengeruk keuntungan dari blokade itu.
Gara-gara itulah Eropa menemukan kapal. Bisa mencapai Asia tanpa lewat Turkiye. Pun ketika kapal harus mutar jauh ke selatan dulu –lewat Tanjung Harapan.
Salah satu hasilnya: kita pun dijajah. Lalu terusan Suez dibuka. Turkiye kehilangan peran strategisnya.
Pun OPEC. Karena harga minyak dinaikkan terus energi baru ditemukan. Lalu dicari kelemahan energi minyak. Energi baru akan mengalahkan energi lama.
Banyak kejadian seperti itu. Di banyak bidang.
Tentu saya ingat koran. Juga selalu menaikkan harga. Apalagi harga iklan. Sampai tidak masuk akal. Lalu muncul berita online. Koran adalah rombongan yang paling awal ditinggalkan.
Di balik kesulitan ada udang. Kinilah saatnya para pemikir pendidikan online tersinggung: mengapa belum bisa mengalahkan pendidikan konvensional.
Belanja online –terutama delivery food– sudah hampir mengalahkan toko dan restoran. Pendidikan online masih dianggap belum pendidikan.
Mungkin kampus-kampus memang tidak akan seperti koran. Kelemahan koran adalah perlu bahan baku kertas dan perlu diantar ke rumah pelanggan.
Universitas tidak perlu beli bahan baku. Pun pelanggannya mau datang sendiri ke kampus. Bahwa harus punya gedung dan alat-alatnya, koran juga.
Bahwa harus membayar dosen yang banyak, koran juga harus membayar banyak wartawan. Koran masih harus beli bahan baku kertas –yang harganya 80 persen sendiri terhadap semua pengeluaran.
Di mana-mana biaya pendidikan mahal. Kini sudah ada pilihan yang murah –sepanjang setiap orang punya keinginan maju. Keinginan kadang datang harus dengan dipaksa.
Di Tiongkok pemaksaan itu dari orang tua –pun orang tua yang miskin. Di sana meritokrasi sudah membudaya pun sejak di zaman kerajaan. Meritokrasi tidak hanya membuat birokrasi lebih efisien tapi juga menimbulkan budaya berpendidikan di masyarakatnya. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Disway Edisi 25 Mei 2024 Berjudul Puting Beliung
Amat K.
Ah, gegara puting beliung ini saya jadi berpikir keras. Orang dulu memang sesuka hati. Kok bisa dinamai puting beliung, saya cari-cari gambarnya belum nemu putingnya. Kalo “beliung”, saya tahu. Itu sejenis kapak. Apa iya bentuk anginnya mirip beliung berputing? Ah sudahlah. Bahasa memang arbitrer.
Mirza Mirwan
Ketika pesawat Boeing 747-121 milik PanAm dengan no. penerbangan PA103 jurusan Frankfurt-Detroit (stopover di Heathrow dan JFK) meledak di langit Lockerbie, Skotlandia, pada 21 Desember 1988, saya sedang berada di Davao City, Mindanao, Filippina. Saya membaca beritanya di koran The Philippine Star (waktu itu termasuk koran baru, terbit mulai 1986). Dan saya merinding, tentu saja. Betapa tidak. Semasih di NYC saya lebih sering naik PanAm bila ke Eropa 3-6 tahun sebelumnya. Tragedi Lockerbie itu menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat plus 11 orang yang yang kejatuhan reruntuhannya. Totalnya 270 orang — 243 penumpang, 16 awak pesawat dan 11 orang Lockerbie. Korban terdiri dari warganegara 21 negara. Terbanyak dari AS, 189 orang. Adapun bom yang meledakkan pesawat beratnya antara 350-450 kg, di bagasi pesawat. Kemungkinan dimasukkan saat stopover di Heathrow London. Tapi, eh, tiga tahun kemudian yang ditangkap kok Abdulbaset al-Megrahi yang kepala perwakilan maskapai Libya di Malta — mungkin menyuruh sejawatnya di Heathrow. Rumor beredar pengeboman itu atas perintah Moammar Khadafi. Tapi Presiden Libya yang kolonel itu membantahnya. Al-Megrahi diadili di Belanda dengan hakim dari Skotlandia. Tapi, waini, vonisnya kok “cuma” 27 tahun penjara. Itupun tak dijalani penuh karena dibebaskan gegara menderita kanker. Ia meninggal tahun 2012. Manteman, apapun agama yang Anda peluk, biasakanlah berdoa sebelum pesawat take-off. Insyaallah selamat.
Rizal Falih
Jika bukan karena harus ke toilet, saya termasuk golongan yang tidak mau melepas sabuk pengaman jika sedang dalam penerbangan pesawat. Meskipun lampu tanda sabuk kemanan sudah dipadamkan. Rasanya lebih nyaman saja, jika sabuk tetap terpasang. Pernah mengalami turbulence yang lumayan menakutkan, saat perjalanan dari kota Medan ke Jakarta. Ditengah jalan pesawat mengalami beberapa kali guncangan, sesusahnya pesawat tiba-tiba pesawat turun dari ketinggian sekira 600-500 kaki. Saya lupa persis angkanya. Tapi disampaikan oleh pilot ketika pesawat sudah kembali terbang normal. Bisa dibayangkan, kengerian yang dirasakan, seperti main roller coaster tapi diatas langit. Hanya pasrah. Disebelah, temen yang beragama kristen terdengar berteriak menyebut nama Tuhannya berkali-kali. Saya sendiri membaca ayat-ayat suci yang saya hapal. Pun penumpag yang lain. Semua menjerit histeris. Ingat pada Tuhanya masing-masing. Beruntung pesawat kembali dapat terbang normal dan semua selamat sampai tujuan.
Rizal Falih
Mengenai data granular yang dipublish dari Flightradar24 pada kejadian turbulence pesawat Singapore Airlines SQ321, situs tersebut telah mengoreksi informasi awalnya yang sempat memuat bahwa pesawat turun 6000 kaki diakibatkan oleh turbulence yang dialami. Turunnya pesawat dari 37000 kaki ke 31000 kaki bukanlah turbulence yang terjadi, tetapi aksi crew untuk mengamankan pesawat dan penumpang dari kondisi turbulence buruk dengan mencari ketinggian yang aman, sebagai persiapan pengalihan penerbangan ke Bangkok sumber: akun X @flightradar24
Amat K.
“Dengan segala cara, menikahlah! Jika mendapatkan istri yang baik, kau akan bahagia. Jika mendapatkan istri yang buruk kau akan menjadi seorang filsuf.” Socrates
Tivibox
Selamat pagi, salam sehat, selamat berakhir pekan …. Airbus A380 adalah pesawat penumpang terbesar buatan Airbus di Prancis. Tentu ini adalah saingannya Boeing 747, pesawat dua lantai yang lahir duluan, buatan Amerika. Sedangkan SQ 321 memakai Boeing 777-300ER. Di Indonesia Airbus A380 sudah runtin mendarat sejak tahun lalu di Bandara Ngurah Rai, yang dioperasikan oleh Emirates. Setiap hari ada 1 penerbangan Dubai-Bali, dan sebaliknya. Mungkin beberapa rekan-rekan perusuh ada yang beruntung sudah pernah menaiki pesawat jumbo Airbus ini. Tapi yang belum beruntung seperti saya, hanya bisa mengintip pesawat ini mendarat lewat pagar bandara, kalau pas lewat disana. Pergilah ke pantai Kelan yang berbatasan langsung dengan bandara Ngurah Rai. Disana bisa ngintip pesawat mendarat sepuasnya dari jarak sangat dekat. Tapi jangan melakukan hal-hal yang mencurigakan. Petugas keamanan bandara selalu mengawasi, meski mereka tak melarang kita menonton. Airbus A380 ini memang besar sekali. Seperti terlihat dalam foto ilustrasi paling atas di CHD hari ini.
Lagarenze 1301
Santai sejenak. Seorang wanita berselingkuh pada siang hari saat suaminya sedang bekerja. Putranya yang berusia 11 tahun tiba-tiba pulang, melihat mereka, dan bersembunyi di lemari kamar tidur. Ketika suaminya juga pulang, wanita itu menyembunyikan pria kekasihnya di dalam lemari, tanpa menyadari bahwa si anak sudah ada di dalam sana. Anak kecil itu berkata, “Di sini gelap.” Pria menjawab, “Ya, benar.” “Aku punya bola bisbol. Mau membelinya?” “Tidak, terima kasih.” “Ayahku ada di luar.” “Oke, berapa?” “Rp 1 juta.” “Baiklah.” Dalam beberapa waktu berikutnya, terulang kembali: si anak dan pria itu berada di lemari bersama. “Di sini gelap,” kata anak itu. “Ya, benar.” “Aku punya sarung tangan baseball.” Pria itu sadar akan diperas lagi oleh anak ini. Tapi, dia tidak bisa menolak. “Berapa harganya?” “Rp 2 juta.” “Baiklah.” Beberapa hari kemudian, sang ayah berkata kepada anak laki-lakinya, “Ambil sarung tanganmu, ayo kita keluar dan bermain bisbol.” Anak berkata, “Saya sudah menjual bola bisbol dan sarung tangan saya.” “Kamu jual berapa?” “Rp 3 juta.” “Ini tidak benar. Kamu menjual terlalu mahal. Ayo, kepada siapa kamu menjualnya, kita kembalikan uangnya.” Si anak tidak mau menyebut orang itu, hingga sang ayah sangat kesal dan membawanya ke kantor polisi. Di kantor polisi, anak itu dimasukkan ke ruang interogasi dan hanya berdua dengan polisi. “Di sini gelap…,” kata anak itu. Polisi: “Jangan mulai omong kosong itu lagi….”
Lagarenze 1301
=> pu.ting * n bagian pangkal pisau (lading dan sebagainya) yang runcing yang dibenamkan ke dalam tangkai (hulu). * n sesuatu yang bentuknya seperti pangkal pisau. * n ki kelentit. => be.li.ung /bêliung/ * n perkakas tukang kayu, rupanya seperti kapak dengan mata melintang (tidak searah dengan tangkainya). => pu.ting be.li.ung * udara yang bergerak dengan cepat dan bertekanan tinggi. => tor.na.do * n angin berolak (berpusar) berbentuk spiral, disertai turunnya gumpalan awan yang berbentuk corong dan dapat menimbulkan kerusakan.
Fiona Handoko
selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp jz, bp jm, bp jo, bp jokosp dan teman2 rusuhwan. miris membaca berita. bahwa anggota dpr kunker ke swedia. pelajari program makan siang gratis. padahal di saat yg sama. bp prabowo mengganti program makan siang gratis. menjadi program makan bergizi gratis. alias makan pagi gratis. capai2 pergi ke swedia. mbok ya belajar 1. bagaimana cara rakyat swedia bisa gratis belajar sd universitas? 2. bagaimana cara pemerintah swedia merendahkan gini ratio? 3. mengapa kriminalitas dan korupsi di swedia hampir tdk ada? 4. bagaimana cara swedia meyejahterakan guru nya? sehingga guru tidak perlu jungkir balik mencari penghasilan tambahan. kadang dengan nyambi jadi mitra kerja sang mentri. 5. bagaimana cara swedia bisa maju dan makmur? semoga para anggota dpr yang kunker ke swedia. semua bisa terpilih kembali. sehingga bisa mengamalkan ilmu yg diperoleh di swedia. demi kemajuan negara anuland