IKNPOS.ID-Otorita IKN (OIKN) memberikan apresiasi kepada seluruh pelaku adat yang tetap mempertahankan dan melestarikan tradisi budaya setempat.
Hal ini terlihat saat kegiatan ritual adat oleh masyarakat adat Dayak dan Paser Kalimantan Timur di IKN, belum lama ini.
Ritual adat tersebut bermakna rasa syukur atas pencapaian yang baik serta mendoakan keselamatan.
Selain ritual adat tepung tawar, masih ada 10 ritual lainnya dari masyarakat adat Dayak.
Utamanya ritual Nyelung Tanah dan Ngaping Tanah. Ritual Nyelung Tanah dan Ngaping Tanah dilakukan dengan maksud membersihkan atau memurnikan lahan dari segala sesuatu yang dapat menganggu kehidupan.
Dalam sambutannya, Kepala OIKN Bambang Susantono menyebut saat ini dikalangan generasi milenial terdapat beberapa anak muda yang kurang mengenal tradisi budaya.
“Ini menjadi PR kita bersama bagaimana budaya yang kita miliki dapat dikenal dan silahkan berbuat. untuk itu OIKN akan memfasilitasi kegiatan kegiatan budaya sebagai bagian dari kearifan lokal” Kata Bambang.
Adat Suku Paser
Humaeni (2016) dalam buku karangan Widaty dkk. (2021) menjelaskan bahwa ritual dilakukan untuk memecahkan permasalahan kehidupan masyarakat atau tujuan simbolik lainnya.
Begitu juga dengan masyarakat di daerah Kalimantan Timur yang masih melaksanakan praktik ritual budaya.
Masyarakat suku Paser merupakan salah satu sub suku Dayak yang menetap di wilayah Kota Balikpapan, Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Mereka masih melaksanakan berbagai ritual yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.
Beberapa contoh ritual yang masih dilestarikan oleh suku Paser antara lain:
- Upacara Balian
Balian merupakan upacara adat yang bertujuan sebagai sarana media pengobatan tradisional untuk penyakit jasmani maupun rohani yang tidak bisa disembuhkan secara medis.
Menurut Helim & Syahriana (2019) dalam Widaty dkk (2023), masyarakat suku Paser mempercayai upacara Balian sebagai bentuk penghormatan, dan kepercayaan serta wujud rasa syukur mereka terhadap roh leluhur.
Upacara Balian memiliki 3 tahapan pelaksanaan yaitu persiapan, inti upacara, dan penutupan.
Pelaksanaan upacara Balian dipimpin oleh seorang pemelian yang diikuti oleh pelaku upacara yaitu pengugu ramu, balian dadas, pembaca mantra, penyaji sesajen, dan pemain musik.
Upacara Balian mengandung makna doa-doa keselamatan agar masyarakat terhindar dari marabahaya.
- Nondoi
Nondoi merupakan salah satu jenis upacara Balian masyarakat suku Paser yang menjadi festival budaya di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Upacara Nondoi merupakan salah satu ritual adat tertua bagi masyarakat suku Paser.
Upacara ini pertama kali dilaksanakan oleh Nalau Raja Nondoi, salah satu raja Kasultanan Paser.
Nondoi merupakan upacara adat yang bertujuan untuk bersih kampung dari hal-hal negatif yang dapat mengganggu masyarakat.
- Mayar Sala
Mayar Sala merupakan tradisi masyarakat suku Paser untuk mendamaikan perselisihan atau pertikaian yang terjadi antar warga suku Paser maupun dengan warga di luar suku Paser.
Dalam tradisi Mayar Sala, kedua pihak yang bertikai melakukan musyawarah yang dipimpin oleh seorang Mulung dan kepala suku adat (Tuwo Kampoeng).
Pelaksanaan tradisi ini diharapkan dapat meredam terjadinya dendam kedua belah pihak yang bertikai melalui perantara roh leluhur.
- Tipong Tawar
Tipong tawar merupakan mantra yang digunakan dalam ritual pertanian yang dilakukan oleh masyarakat suku Paser.
Mantra ini diyakini sebagai media perantara antara keinginan masyarakat yang disampaikan kepada Tuhan.
Pembacaan mantra Tipong tawar dilakukan oleh seorang Balian atau dukun ketika masa menanam padi (Nasok Nias) dan panen (Nasok Nias). Mantra Tipong Tawar merupakan bentuk sastra lisan yang menggunakan bahasa Paser.
Dalam mantra tersebut mengandung makna harapan dan doa agar usaha pertanian mereka mendapatkan berkah dari Tuhan. Selain itu, ritual ini juga menjadi sarana gotong royong masyarakat dalam kegiatan menanam dan panen padi.
Suku Dayak
Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan. Suku Dayak hidup berkelompok dengan tinggal di daerah hutan, gunung, atau gua.
Salah satu ciri khas yang mudah dikenali dari Suku Dayak adalah Mandau, sejenis golok yang dibuat dari batu gunung.
Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Suku Dayak adalah keturunan imigran dari Provinsi Yunnan di China Selatan, tepatnya Sungai Yangtse Kiang, Sungai Mekong, dan Sungai Menan.
Sebagian kelompok ini menyeberang ke semanjung Malaysia dan melanjutkan perjalanan dengan menyeberang ke Pulau Kalimantan.
Seorang tokoh Dayak Kayan, menjelaskan bahwa Suku Dayak adalah ras Indon China yang berimigrasi ke Indonesia pada abad ke-11.
Beberapa tradisi Suku Dayak, adalah;
- Manajah Antang
Manajah Antang adalah tradisi yang dilakukan suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit ditemukan.
Petunjuk tersebut berasal dari arwah leluhur yang menggunakan media burung Antang. Musuh yang dicari oleh suku Dayak tersebut pasti akan ditemukan.
- Tradisi kuping panjang.
Suku Dayak memiliki tradisi memanjangkan daun telinganya. Caranya dengan menggunakan logam atau pemberat yang dipakai seperti anting-anting.
Berdasarkan aturannya, perempuan dari Suku Dayak dapat memanjangkan telinga hingga dada. Untuk laki-laki memanjangkan telinga hingga bawah dagu. Telinga panjang sebagai simbol kecantikan di Suku Dayak dan menunjukkan status kebangsawanan dan melatih kesabaran.
- Tari Kancet Papatai.
Tari Kancet Papatai merupakan tarian yang menceritakan seorang pahlawan dari suku Dayak yang berperang. Tarian ini melambangkan keberanian pria suku Dayak dalam berperang.
Selain itu, juga terdapat upacara pemberian gelar bagi pria dari suku Dayak yang dapat mengalahkan musuh.
Ciri khas dari tarian ini, gerakannya gesit, lincah, penuh semangat dan diikuti petikan dari penari.
Tari Kancet Papatai sering diiringi lagu Sak Paku dan alat musik Sampe.
- Upacara tiwah
Tiwah adalah suatu ritual yang dilakukan untuk mengantarkan tulang orang yang meninggal ke Sandung. Sandung merupakan semacam rumah kecil yang dibuat khusus untuk meletakkan tulang orang yang sudah meninggal dunia.
Sebelum tulang-tulang tersebut diantarkan dan diletakkan ke Sandung, masih ada ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Tato tradisional Masyarakat Suku Dayak Iban diperkirakan telah mengenal tato sejak 1500 SM-500 SM.
Tato ini sebagai sebuah tradisi, di mana saat perang berlangsung, tato digunakan suku Dayak Iban untuk membedakan kawan dan lawan.
- Mangkok merah
Mangkok merah adalah suatu media persatuan suku Dayak.
Mangkok merah akan diedarkan jika suku Dayak merasa kedaulatannya dalam bahaya.
Panglima perang akan mengeluarkan isyarat siaga dengan berupa mangkok merah yang diedarkan dari kampung ke kampung. Panglima perang suku Dayak, umumnya dipercaya memiliki kekuatan supranatural.
- Sistem kepercayaan
Suku Dayak Berkaitan dengan sistem kepercayaan yang dianut masyarakat suku Dayak Ngaju dan Dayak Ot Danum menganut kepercayaan dari leluhur yang disebut Kaharingan.
Dalam sistem kepercayaan tersebut terdapat ciri khas, yakni adanya pembakaran tulang ketika ritual penguburan, sedangkan rumpun dari Dayak Banuaka tidak terdapat ritual pembakaran tulang pada saat penguburan.
Untuk sistem kepercayaan masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan menekankan ritual dalam kehidupan. Contohnya upacara pertanian atau pesta panen. Sistem kepercayaan tersebut sering disebut agama Balian.
- Sistem kekerabatan
Suku Dayak Dalam sistem kekerabatan masyarakat Dayak berdasarkan ambilineal. Sistem ambilineal yakni menghitung hubungan masyarakat melalui laki-laki dan sebagian perempuan.
Untuk perkawinan ideal adalah perkawinan yang dilakukan dengan saudara sepupu yang kakeknya saudara kandung.