Tiba-tiba, pekan lalu dia memberi tahu saya: “anak laki-laki kita akan operasi lutut. Tanggal 12 Desember”.
Lutut si anak pernah dioperasi, 20 tahun lalu. Itu karena cedera berat saat main sepakbola. Dipasanglah dua sekrup di tulutnya. Kini skrup itu sudah waktunya dilepas. Sekalian ganti tempurung. Made in Amerika.
Itu anak kesayangannyi.
“Ibu bersama-sama saya saja operasi lutut,” kata si anak kepada ibunya.
Besoknya sang ibu bicara pada suaminyi. “Saya mau kalau operasinya sama-sama ….”, ujarnyi seraya menyebut nama anaknyi itu.
Maka diputuskan mendadak: tanggal 11 Desember sang ibu operasi. Tanggal 12 Desember, esoknya, giliran sang anak. Di rumah sakit yang sama: RS Orthopedi Surabaya.
Dokternya sama: Theri Effendy. Alumnus Unair Surabaya. Murid Prof Dr Dwikora. Umurnya baru 45 tahun. Ganteng. Athletis.
Theri memang olahragawan: gila sepeda. Hampir selevel dengan anaknya menantu Pak Iskan. Hubungan mereka bukan lagi seperti dokter dan pasien. Sudah seperti di film Hate and Love –saya lupa apakah benar-benar ada film dengan judul itu.
Si anak menjalani operasi tanpa mengeluh sakit. Di hari kedua setelah operasi, si anak sudah latihan jalan. Sehari setelah operasi itu ia sudah bisa ke kamar sebelah: menengok ibunya –meski masih pakai alat bantu empat kaki itu.
Mungkin karena ditengok anak, sang ibu merasa lebih bersemangat. Sore harinya, ketika sang ibu menjalani fisioterapi tidak mengeluh sakit lagi.
Apalagi ketika melihat si anak di hari ketiga sudah latihan naik tangga. Sang ibu terlihat begitu termotivasi. Dia pun melakukan fisioterapi lanjutan dengan senyuman.
Saya pun bertanya kepada anaknya menantu Pak Iskan itu: mengapa Anda, di hari kedua, sudah latihan berjalan, dan di hari ketiga sudah bisa latihan naik tangga.
“Karena otot-otot kaki saya kuat,” ujar Presiden Persebaya itu. “Saat operasi dilakukan, otot kaki saya dalam kondisi terkuat sejak Covid-19,” tambahnya.
Itu karena tiap hari ia naik sepeda. Setidaknya 150 km. Sesekali 250 km. 300 km. Agustus lalu bahkan 1500 km –dari Merak, menyusuri pantai selatan Banten, pantai selatan Jabar, Jateng, Pacitan, Lumajang sampai Banyuwangi.



