Ia juga menyoroti bahwa panduan pengobatan internasional terkemuka, European Society of Cardiology (ESC), telah lama merekomendasikan pencapaian kadar LDL-C yang serendah dan sedini mungkin—terutama bagi kelompok berisiko tinggi. “Dengan hampir 800.000 kematian akibat penyakit kardiovaskular setiap tahun di Indonesia, ini adalah langkah pencegahan yang sangat penting,” ujar dr. Stella, menggarisbawahi urgensi edukasi ini.
Terapi Kombinasi: Jurus Jitu untuk Menekan dan Mematuhi Pengobatan
Saat monoterapi (statin tunggal) tidak lagi memadai, para ahli merekomendasikan untuk beralih ke terapi kombinasi. Kombinasi obat dianggap superior karena memberikan penurunan kolesterol yang lebih kuat dan seringkali lebih toleran.
Dr. Birry menekankan efektivitas kombinasi ezetimibe–rosuvastatin. Obat ini menyerang kolesterol dari dua sisi: rosuvastatin menghambat sintesis (produksi) kolesterol di hati, sementara ezetimibe menghambat penyerapan kolesterol di usus. Kombinasi aksi ganda ini menghasilkan penurunan LDL-C yang jauh lebih signifikan.
Manfaat terbesar terapi kombinasi ini terletak pada formatnya: dua obat dalam satu tablet. “Kombinasi ini meningkatkan kepatuhan karena pasien hanya perlu minum satu tablet per hari,” jelas Dr. Birry. Di tengah tingkat keberlanjutan pengobatan yang masih rendah di Indonesia, solusi satu tablet ini sangat krusial, meningkatkan kualitas hidup pasien sekaligus menjamin hasil terapi yang optimal. Daewoong mendukung hal ini dengan menghadirkan kombinasi ezetimibe–rosuvastatin dalam variasi dosis, termasuk dosis rendah 10/5 mg.
Kesadaran Baru Pasien: Pengelolaan Berkelanjutan Adalah Kunci Hidup Sehat
Pentingnya edukasi ini dirasakan langsung oleh peserta. Mesya Mohamad (49), salah satu pasien yang hadir, mengaku mendapatkan banyak pencerahan. “Sesi health talk ini membuka mata saya. Banyak sekali mitos tentang kolesterol yang selama ini saya dengar ternyata tidak tepat,” kata Mesya.
Ia juga berbagi pengalamannya yang sempat keliru, mengira pengobatan kolesterol selesai setelah mencapai target awal. “Ternyata pengelolaan berkelanjutan itu sangat penting,” tambahnya. Kesaksian ini memperkuat pesan para profesional medis bahwa pencegahan PJK membutuhkan komitmen jangka panjang, bukan sekadar pengobatan sporadis.



