Tentu di mal ini kami melihat kehidupan orang Jeddah masa kini. Sudah tidak terlalu beda dengan mal kelas atas di mana saja. Termasuk soal cara wanita berpakaian.
Saya pun balik hotel. Bukan untuk istirahat. Ada info lain: di depan hotel kami itulah sirkuit balap mobil F-1 Jeddah. Saya harus melihatnya. Fotonya harus saya kirim ke cucu Pak Iskan yang sedang mengantar anaknya lomba debat di Yale University, New Heaven, tidak jauh dari New York. Ia sudah nonton F-1 di mana pun kecuali Jeddah.
Malamnya saya ke sirkuit itu lagi. Dengan pakaian olahraga. Bersama Novi Basuki. Kami bertekad jalan kaki mengelilingi sirkuit itu. Lewat sisi pinggir pantainya dulu. Sambil melihat water front Jeddah yang tertata indah.
Di dalam sirkuit sedang ada balapan –atau latihan. Saya intip dari pagar jeruji besinya: balap mobil Formula 4.
Lihatlah arsitektur toilet di depan masjid antara sirkuit F1 dan waterfront Jeddah.–
Masa depan Jeddah-modern kelihatannya mengarah ke sekitar sirkuit ini. Sudah mulai banyak gedung pencakar langit di kawasan baru itu. Dugaan saya, kelak, akan dibangun jembatan panjang antara kawasan ini dengan kawasan sekitar gedung tertinggi di dunia itu. Saat ini dua kawasan itu dipisahkan oleh teluk sempit namun menjorok jauh ke dalam daratan.
Jeddah sudah terlihat kerja keras mengejar Dubai –dan sayangnya yang dikejar tidak berhenti berlari. (Dahlan Iskan)



