Skenario Angsa Hitam itu muncul bukan hanya karena tampilnya Trump. “Stabilitas dunia kini seperti ditentukan hanya oleh tiga orang. Donald Trump, Xi Jinping, dan Vladimir Putin,” katanya. Tiga-tiganya sosok yang sulit diprediksi. Perang dunia ketiga bisa datang dari hubungan tiga orang itu.
Meski Andi menyajikan empat skenario masa depan pertahanan, tapi skenario Angsa Hitam yang banyak dibahas. Terutama soal hubungan tiga pemimpin dunia tersebut.
Tapi Andi justru tidak terlalu khawatir dengan ”ketidaknormalan” Donald Trump. Di Amerika Serikat sistem demokrasinya berjalan. Ada kontrol pengimbang. Masa jabatan presiden juga ada batasnya: dua periode.
Yang perlu jadi perhatian justru Putin. Dominasi Putin di Rusia sangat mutlak. Rusia memiliki senjata nuklir pula.
Dan lagi, Rusia seperti punya dendam yang harus terbalaskan.
Dendam mendalam itu: dibubarkannya negara Uni Soviet oleh pimpinan Rusia saat itu: Gorbachev. Sebanyak 15 negara bagian dilepaskan menjadi negara merdeka. Tinggal Rusia. Putin sangat menyesalkan mengapa itu terjadi di tahun 1991.
Dendam lainnya: dilikuidasinya Pakta Warsawa –pakta pertahanan blok Soviet untuk mengimbangi NATO di Barat.
Waktu itu ada komitmen: NATO tidak akan memperluas diri. Juga tidak akan menempatkan senjata strategis di dekat Rusia. Ternyata dua komitmen itu diingkari oleh Barat.
“Apakah komitmen itu tertulis?”
“Sayangnya: tidak,” ujar Prof Dr Surachman dari fakultas hubungan internasional Universitas Indonesia. Disertasi doktor Surachman membahas soal NATO. Penelitiannya dilakukan di markas besar NATO di Brussel, Belgia.
“Tapi adanya komitmen itu selalu dimuat dalam karya-karya ilmiah tokoh ternama,” katanya. “Tidak pernah ada bantahan terhadap isi naskah-naskah itu,” tambahnya.
Skenario Angsa Hitam akan terus mewarnai kondisi global ke depan. Kini Angsa Hitam justru berkembang ke mana-mana –seiring dengan melemahnya peran lembaga-lembaga internasional.
“Bayangkan, begitu parahnya keadaan di Gaza, PBB tidak bisa berbuat apa-apa,” ujar Presiden SBY.



