Diversifikasi: Cara Ampuh Mengelola Risiko di Dunia Crypto
Selain memilih exchange terbaik, strategi yang tak kalah penting adalah diversifikasi aset crypto. Tujuannya jelas: meminimalkan risiko jika salah satu aset yang kamu pegang harganya turun drastis.
Ada pepatah investasi yang berbunyi: “Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang.” Prinsip ini juga berlaku di dunia crypto.
Apa Itu Diversifikasi Portofolio Crypto?
Diversifikasi portofolio crypto adalah strategi membagi dana ke berbagai aset berbeda. Jika satu proyek gagal, kerugian bisa ditutupi dengan keuntungan dari proyek lain.
Bagi investor kecil, memegang 2–3 koin crypto saja sudah cukup. Tapi kalau punya modal besar, sebaiknya portofolio diperluas agar lebih seimbang.
Strategi Diversifikasi Aset Crypto
1. Diversifikasi Jenis Cryptocurrency
Pilih beberapa koin dengan fungsi berbeda. Contoh:
-
Bitcoin (BTC) → penyimpan nilai.
-
Ethereum (ETH) → mendukung smart contract & DeFi.
-
Ripple (XRP) → fokus di sektor pembayaran lintas negara.
Dengan kombinasi ini, kamu tidak hanya bergantung pada satu jenis aset.
2. Diversifikasi Sektor
Investasi di berbagai sektor crypto, misalnya:
-
DeFi
-
Metaverse
-
Supply chain
-
Kesehatan digital
Kalau salah satu sektor terguncang, sektor lain bisa jadi penyelamat portofolio.
3. Diversifikasi Jenis Solusi Blockchain
Kamu bisa alokasikan dana ke proyek blockchain baru, protokol DeFi, hingga dompet digital atau penyedia data. Jangan lupa baca whitepaper proyek dan riset tim pengembangnya sebelum membeli.
4. Diversifikasi Waktu
Alih-alih membeli sekaligus, belilah crypto bertahap. Misalnya, 10% per bulan selama 10 bulan. Strategi ini dikenal dengan Dollar Cost Averaging (DCA). Tujuannya adalah mengurangi risiko salah masuk di harga puncak.
5. Diversifikasi Geografis
Cobalah beli proyek crypto dari berbagai wilayah: Amerika, Eropa, hingga Asia. Setiap region punya karakteristik proyek yang berbeda. Dengan begitu, portofolio kamu lebih berwarna.