Empat jam di bandara Doha tidak akan terasa. Bandara ini besar sekali. Megah. Indah. Ada hutan mininya di dalamnya.
—
Saya ingin mandi dulu.
“Kamar mandi penuh,” jawab petugas. “Bisa tunggu?” katanyi ramah.
“Kira-kira berapa lama?”
“Satu jam,” jawabnyi.
Saya pun kembali ke kursi. Pesan makanan. Tidak ada prasmanan di lounge ini. Yang ada: daftar menu. Pelayan akan mengambilkan apa yang kita pesan. Seperti di restoran besar.
Saya pun tengok kanan-kiri: cari colokan listrik. Tidak ketemu. Inilah kelemahan kedua bandara ini: tidak ada colokan listrik di kursi-kursi mewahnya. Untuk zaman sekarang, colokan listrik tipe USB lebih penting dari kemewahan kursinya.
“Saya sudah menunggu di gate B4,” tulis Gus Najih lewat WA.
“Sudah pasti di gate 4?”
Gus Najih pun mengirim foto layar lebar. Rupanya saat saya sibuk membaca komentar para perusuh Disway, keputusan gate itu dibuat. Kami pun mencari Gus Najih ke sana. Sambil kembali lihat fotonya: wajahnya seperti apa.
Berarti sudah dua hari saya tidak mandi. Saya ingat para pengikut nabi baru di Medan itu –sebulan tidak mandi akibat ditahan di Makkah. Toh mereka masih hidup. Padahal saya hampir pasti akan mandi di Suriah nanti –kalau Tuhan menghendaki.(Dahlan Iskan)