Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian PUPERA dan Bappenas, bersama dengan konsultan ahli dari dalam dan luar negeri (seperti dari Belanda yang ahli di bidang water management), terus melakukan kajian mendalam dan menyesuaikan desain.
Kekhawatiran-kekhawatiran tersebut justru menjadi masukan berharga untuk menyempurnakan proyek.
Sudah ada pembahasan untuk lebih mengedepankan pendekatan “building with nature”. Misalnya memperkuat restorasi mangrove sebagai pertahanan alami pertama sebelum tanggul buatan.
Selain itu, pelibatan masyarakat dan melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang komprehensif adalah kunci memastikan proyek ini berjalan berkelanjutan dan adil.
Presiden Prabowo menyebut proyek ini sebagai upaya untuk melindungi kawasan pantai utara Pulau Jawa dari ancaman rob dan perubahan iklim ekstrem.
“Giant Sea Wall Tanggul Laut Pantai Utara Jawa. Salah satu proyek infrastruktur yang sangat strategis, sangat vital bagi kita,” ucap Presiden Prabowo, dalam pidato saat Konferensi Internasional Infrastruktur 2025 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, pada Kamis, 12 Juni 2025 lalu.
Proyek tanggul laut ini sebenarnya telah masuk dalam perencanaan sejak tahun 1995.
Presiden Prabowo menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.
“Khusus Teluk Jakarta kemungkinan anggarannya $8 – $10 miliar. Saya kira kita sendiri mampu. Saya sudah ketemu Gubernur DKI dan sudah kirim utusan. Saya bilang, DKI harus urunan. Pemerintah Pusat urunan,” tuturnya.
Saking seriusnya membangun Giant Sea Wall, Prabowo membentuk lembaga baru. Namannya: Badan Pengelola Tanggul Laut Pantura Jawa.
Kepala Badannya adalah Didit Herdiawan. Dia merupakan Wakil Menteri KKP. Sedangkan wakilnya Darwin Trisna Djajawinata dan Suhajar Diantoro.
Pengangkatan tersebut berlandaskan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 76/P Tahun 2025 Tentang Pengangkatan Kepala Dan Wakil Kepala Badan Otorita Pengelola Pantai Utara Jawa.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengatakan pembentukan badan baru tersebut karena pantai utara Jawa mengalami penurunan dan terjadi bencana banjir rob yang menimpa masyarakat pesisir.