IKNPOS.ID – Program Sekolah Rakyat 2025 yang digagas pemerintah untuk mengatasi masalah pendidikan bagi keluarga miskin ekstrem, kini tengah menghadapi tantangan serius.
Sejumlah laporan media menyebutkan bahwa ratusan guru dan siswa dikabarkan memilih mundur dari program ini di tahap awal pelaksanaannya.
Kabar ini tentu memicu pertanyaan besar: seefektif apakah Program Sekolah Rakyat dalam memberikan akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin?
Ratusan Guru Pilih Mundur, Domisili Jadi Masalah Utama
Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Sosial (Kemensos), yang saat ini menjadi pengelola program tersebut, tercatat ada sekitar 140 hingga 160 guru yang mengundurkan diri dari Program Sekolah Rakyat.
Apa alasan utamanya? Penempatan tugas yang terlalu jauh dari tempat tinggal alias domisili. Hal ini membuat mobilitas sehari-hari menjadi sulit dan tidak efisien bagi sebagian guru.
Bukan hanya guru, sejumlah siswa juga dilaporkan mengundurkan diri. Terutama mereka yang mengalami homesick alias rindu rumah karena harus tinggal di asrama dan jauh dari orang tua dalam masa pengenalan lingkungan sekolah.
Mensos Gus Ipul Tegaskan Pengganti Guru Sudah Disiapkan
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul mengakui adanya pengunduran diri tersebut. Namun, ia memastikan bahwa pemerintah sudah menyiapkan para guru pengganti.
“Penggantinya sudah ada. Mereka dari tenaga pendidik yang sudah punya Sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG),” ujar Gus Ipul saat dikonfirmasi media, Jumat (1/8/2025).
Gus Ipul pun meyakinkan publik bahwa meskipun ada kendala di awal, operasional Sekolah Rakyat tetap berjalan lancar dan sesuai jadwal.
Untuk siswa yang merasa homesick, Kemensos telah menyiapkan pendekatan persuasif, termasuk menghadirkan psikolog agar mereka bisa lebih cepat beradaptasi.
“Secara umum, alhamdulillah semua berjalan on track,” tambah Gus Ipul.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti: Bukan Masalah Upah, Ini Soal Jarak
Sementara itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menegaskan bahwa isu pengunduran diri guru bukan karena masalah gaji atau insentif.