IKNPOS.ID – Pagi cerah awal Agustus 2025 membawa suasana berbeda di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Biasanya, halaman ponpes ini dipenuhi lantunan ayat suci dan aktivitas mengaji. Namun kali ini, tempat tersebut berubah menjadi posko medis dadakan.
Tidak ada antrean BPJS, tidak ada surat rujukan. Semua gratis, dan semua orang bisa ikut.
Tenaga kesehatan (nakes) datang dengan perlengkapan lengkap mulai dari alat tensi, stetoskop, hingga jarum suntik siap memeriksa para santri dan siswa yang hadir.
Antusiasme Santri dan Siswa
Suasana penuh kehangatan terasa ketika para santri berjejer rapi menunggu giliran. Ada yang tersenyum malu-malu saat diperiksa tekanan darahnya. Ada pula yang antusias saat petugas kesehatan mengajak mereka mencoba mengenali alat medis.
“Biasanya saya cuma lihat di TV, sekarang bisa pegang langsung stetoskop,” ujar seorang santri sambil tersenyum.
Petugas kesehatan memeriksa satu per satu peserta, mulai dari pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gigi, hingga pengecekan berat dan tinggi badan. Semua dilakukan tanpa biaya sepeser pun.
Bagian dari Program Nasional
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk Anak Usia Sekolah yang diluncurkan pemerintah. Program ini digelar sebagai “hadiah” jelang perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-80.
Bukan hanya siswa dan santri yang menyambut dengan antusias, tetapi juga para orang tua, guru, dan pengurus pondok pesantren.
Program ini mencerminkan pergeseran paradigma dalam sistem kesehatan Indonesia: dari kuratif (mengobati saat sakit) menuju preventif (mencegah sebelum sakit).
Peluncuran program ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, pada Februari 2025, pemerintah telah lebih dulu menyasar anak usia 0-6 tahun dan masyarakat dewasa 18 tahun ke atas.
Kini, fokus beralih ke segmen krusial: anak usia sekolah 7-17 tahun. Targetnya gak main-main: 53,8 juta siswa dari berbagai jenjang Pendidikan. Mulai SD, SMP, SMA, SMK, madrasah, pesantren, hingga sekolah luar biasa (SLB).