“Banyak buyer global akan pindah ke Vietnam atau Thailand karena beban tarif mereka jauh lebih rendah,” tambahnya.
Kondisi ini juga akan membuat target surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar USD 40 miliar di tahun 2025 sulit tercapai, serta meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah karena menurunnya penerimaan devisa.
“Investor asing pun akan berpikir ulang jika keuntungan ekspor mereka ditekan tarif tinggi,” imbuh Achmad.
Pemerintah Akan Ambil Langkah Koordinasi
Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto untuk merespons kebijakan dagang AS ini.
“Nanti saya koordinasikan ya,” kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI.
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu juga menambahkan bahwa kebijakan tarif ini belum final dan masih dalam proses pembahasan lebih lanjut di tingkat internasional.
“Belum tentu efektif. Kita masih tunggu kejelasan implementasinya,” ucapnya. (Bianca Khairunnisa)