IKNPOS.ID – Stablecoin semakin menarik perhatian dunia kripto dan finansial digital karena mampu menghadirkan stabilitas di tengah fluktuasi harga aset digital.
Tapi, apakah stablecoin benar-benar akan menjadi masa depan uang digital? Artikel ini akan mengulas tuntas fakta, fungsi, dan proyeksi stablecoin dalam peta keuangan global saat ini.
Stablecoin Jadi Pilihan di Tengah Volatilitas Kripto
Di saat Bitcoin, Ethereum, dan aset kripto lainnya bisa naik-turun drastis dalam hitungan menit, stablecoin hadir sebagai alternatif yang jauh lebih stabil. Nilainya sengaja dipatok ke aset tetap seperti dolar AS, euro, atau bahkan emas. Ini menjadikannya lebih dapat diandalkan untuk transaksi sehari-hari dan lindung nilai dalam dunia digital.
Data dari tradingview.com menunjukkan bahwa volume transaksi stablecoin global mencapai lebih dari $100 miliar per hari, mencerminkan tingginya permintaan terhadap aset digital yang stabil. USDT (Tether), USDC (USD Coin), dan DAI adalah tiga nama terbesar yang mendominasi pasar stablecoin saat ini.
Manfaat Stablecoin dalam Ekosistem Digital
Stablecoin tidak hanya digunakan oleh investor kripto, tapi juga oleh pebisnis, trader, bahkan komunitas DeFi dan NFT. Ada beberapa manfaat utama stablecoin:
-
Menyediakan likuiditas cepat tanpa harus kembali ke sistem perbankan.
-
Mempermudah transaksi lintas negara dengan biaya rendah.
-
Digunakan untuk lending, staking, dan yield farming di protokol DeFi.
-
Jadi alat pembayaran digital di berbagai platform Web3.
Menurut coinpedia, stablecoin telah mulai digunakan sebagai metode pembayaran lintas negara di Asia dan Afrika, menggantikan peran dolar tunai karena kemudahan dan kecepatan transaksinya.
Jenis-Jenis Stablecoin yang Perlu Kamu Tahu
-
Fiat-backed (didukung uang nyata): seperti USDT, USDC, BUSD. Disokong 1:1 oleh cadangan fiat di rekening bank.
-
Crypto-backed (didukung kripto lain): seperti DAI. Mengandalkan aset kripto sebagai jaminan dengan sistem over-collateral.
-
Algorithmic (berbasis algoritma): menjaga kestabilan melalui smart contract tanpa cadangan nyata. Contoh: FRAX.
Setiap jenis memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing. Stablecoin fiat dianggap paling stabil, tapi kurang transparan jika cadangan tidak diaudit. Sementara, stablecoin algoritmik pernah gagal, seperti UST di 2022, menunjukkan risiko sistemik yang serius.