IKNPOS.ID – Pasar kripto global menunjukkan tanda-tanda pemulihan kuat di awal Juli 2025. Setelah sempat melemah selama beberapa pekan terakhir, dua aset kripto terbesar di dunia, yakni Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), mencatatkan lonjakan signifikan dalam 24 jam terakhir.
Bitcoin berhasil menyentuh harga antara US$109.000 hingga US$110.000, atau sekitar Rp1,78 miliar per koin. Ini menandai kenaikan sekitar 2,5 persen dalam satu hari perdagangan.
Sementara itu, Ethereum justru mencatatkan penguatan yang lebih tajam. Harga ETH melonjak lebih dari 6 persen, dan kini berada di level US$2.560, atau setara dengan Rp419 juta per koin.
Kenaikan ini menjadi kabar baik bagi pelaku pasar yang sebelumnya dihantui oleh tekanan sentimen global dan aksi ambil untung besar-besaran pada akhir kuartal kedua 2025.
Pergerakan harga yang cukup agresif dalam waktu singkat ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap aset digital mulai kembali menguat, setidaknya untuk jangka pendek.
Dari sisi teknikal, harga Bitcoin yang sebelumnya sempat tertahan di bawah level US$105.000 kini berhasil menembus zona resistensi penting. Penguatan ini memicu volume beli tambahan dari pelaku pasar, mendorong reli singkat yang menyentuh area US$110.000.
Hal serupa juga terjadi pada Ethereum, yang sebelumnya bergerak dalam pola datar selama lebih dari seminggu. Lonjakan harga ETH menandakan bahwa momentum beli kembali mendominasi pasar altcoin utama.
Pemulihan ini juga berdampak pada sentimen pasar secara umum. Volume transaksi di sejumlah bursa kripto mengalami lonjakan, menunjukkan bahwa likuiditas pasar mulai kembali setelah periode perdagangan yang sepi.
Beberapa altcoin lain juga ikut terdorong, meski dalam persentase yang lebih kecil. Kapitalisasi pasar kripto global pun mengalami kenaikan tipis, mengakhiri tren penurunan yang sempat mendominasi pada akhir Juni.
Membaiknya kondisi pasar ini dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor. Di antaranya adalah berkurangnya tekanan makroekonomi dari pasar global, stabilisasi nilai dolar Amerika Serikat, serta spekulasi seputar kebijakan moneter yang lebih longgar dari bank sentral di beberapa negara besar. Faktor-faktor tersebut membuka ruang akumulasi baru bagi investor yang melihat kripto sebagai aset lindung nilai jangka menengah.