Ini bisa menjadi langkah deflas, mengurangi total suplai agar harga bisa terdongkrak. Namun, komunitas juga bertanya-tanya:
- Apakah token di wallet burn itu benar-benar tidak bisa diakses?
- Siapa yang punya kontrol atas wallet tersebut?
Jika ternyata wallet tersebut masih dapat diakses oleh pihak internal, maka klaim burn menjadi dipertanyakan.
Transparansi Masih Jadi Masalah
Hingga kini, Pi Core Team belum memberikan klarifikasi resmi soal komposisi distribusi token ini. Beberapa pihak mendesak agar tim developer membuka data lengkap soal:
- Alokasi token: mana yang untuk developer, mana untuk komunitas?
- Mekanisme vesting: apakah ada penguncian bagi pemilik besar?
- Rencana distribusi ulang atau program desentralisasi?
Transparansi seperti ini sudah lazim dilakukan oleh banyak proyek kripto lain yang sudah matang, seperti Ethereum, Solana, atau Polkadot.
Dampak ke Harga dan Sentimen Pasar
Distribusi yang terlalu terkonsentrasi bisa menciptakan sentimen negatif di pasar. Investor cenderung takut berinvestasi dalam aset yang dianggap bisa “dimonopoli” oleh beberapa pihak. Selain itu, volatilitas harga pun menjadi lebih tinggi karena beberapa wallet besar bisa menggerakkan pasar hanya dengan satu transaksi besar.
Dengan unlock token besar dijadwalkan pada 4 Juli, dan harga PI saat ini sudah turun di bawah $0,50, struktur distribusi seperti ini menambah kekhawatiran bahwa pasar bisa mengalami tekanan jual yang brutal dalam waktu dekat.
Saatnya Pi Network Lebih Terbuka
Distribusi token yang ekstrem seperti ini bukan hanya soal teknis, tapi menyangkut kepercayaan komunitas. Jika Pi Network ingin menjaga misi sebagai kripto berbasis komunitas global, maka transparansi dan desentralisasi sejati harus menjadi prioritas.
Komunitas layak mendapatkan jawaban:
- Siapa yang mengendalikan token?
- Apakah ada risiko manipulasi?
- Bagaimana langkah ke depan untuk menjamin keadilan distribusi?
Jika tidak dijawab secara terbuka, maka kepercayaan terhadap Pi Network bisa mulai tergerus. *