Hebatnya, akhirnya Iran bisa. Tanpa barat, Iran mampu membangun proyek LNG yang teknologinya sangat tinggi itu.
Meski lambat tapi selamat. Instalasi itu akhirnya berhasil terbangun. Banyak yang heran: bagaimana Iran mampu membangun proyek petro chemical berteknologi tinggi secara mandiri.
Saya ikuti terus perkembangan pembangunan instalasi gas itu. Iran pun menyedot gas di selat Hormuz itu dengan sekuat tenaga.
Anda sudah tahu perkembangan terakhir: Iran sudah menyedot gas itu tidak hanya dari satu tempat. Kini penyedotannya sudah dari 30 blok.
Padahal saat saya ke sana baru mulai phase 1. Disebut juga phase pilot proyek. Phase 1 itu ditangani oleh Petropars, perusahaan minyak Iran sendiri.
Dibendung seperti apa pun Iran berhasil menyedot gas dari dompet terbesar di dunia itu dari arah timur. Tentu Iran tidak mau gas yang sama disedot terus oleh Qatar dari arah barat.
Qatar, dengan bantuan barat sudah lebih dulu menyedotnya. Qatar start lebih dulu. Daya sedotnya pun lebih besar dari yang dilakukan Iran.
Israel tidak senang atas sukses Iran itu. Maka instalasi gas itu dirudal. Terbakar. Rusak. Penyedotan gas pun terhenti.
Tidak seluruhnya. Dari 30 phase hanya satu yang dirudal Israel. Itu pun cepat diperbaiki. Berhasil diperbaiki. Tapi Iran sangat marah atas tindakan Israel itu.
Tentu Iran tidak sembarang merudal. Dari 30 phase itu ada juga yang dimiliki Iran bersama negara lain. Misalnya phase dua dan tiga. Yang mengerjakan adalah Petronas Malaysia bersama Gazprom Rusia. Malaysia begitu nekat. Malaysia berani melangkah masuk Iran.
Pashe 4 dan 5 dikerjakan bersama Agip. Phase 6 dan 8 dikerjakan oleh Korea Selatan khusus untuk dikirim ke Korsel.
Iran menduga serangan Israel itu disengaja untuk membuyarkan perundingan Iran-Amerika Serikat: soal pengembangan nuklir Iran. Perundingan itu sudah di tengah jalan –hampir mencapai kata sepakat.
Saya tidak ahli soal timur tengah. Saya sulit memilah mana berita yang akurat dan mana yang rekayasa. Apalagi kalau melihat foto dan video serangan. Dunia AI sudah begitu sempurna. Lama-lama serangan rudal yang sebenarnya pun tidak dipercaya dikira hasil olahan AI. (Dahlan Iskan)