IKNPOS.ID – Sebagai upaya meningkatkan produksi beras, Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Provinsi Kalimantan Timur, memperkenalkan sistem tanam jajar legowo (jarwo) kepada petani secara bertahap.
“Pola tanam jarwo mulai dikenalkan kepada petani budi daya padi,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten PPU, Gunawan, Minggu, 4 Mei 2025.
“Sistem tanam jarwo itu punya banyak keunggulan dalam meningkatkan produktivitas lahan persawahan,” tambahnya.
Pengenalan pola tanam jajar legowo juga belum dilakukan secara masif atau menyeluruh baru dilakukan dalam kesempatan terbatas seperti pelatihan mandiri di desa maupun dalam pertemuan teknis Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Balai Penyuluh Pertanian (BPP).
“Kami dorong agar semua lahan sawah bisa ditanam semua lebih dahulu, kalau ada petani yang tanam dengan jarwo sudah memahami manfaatnya,” katanya.
Penerapan sistem tanam jajar legowo bakal dilakukan secara bertahap, lanjut dia, yang diutamakan petani mampu mengelola seluruh lahan pertanian tanaman padi dengan optimal.
Dinas Pertanian Kabupaten PPU secara perlahan terus mengenalkan teknologi tanam jajar legowo kepada petani di kabupaten yang dikenal Benuo Taka itu, karena merupakan bagian dari teknologi mudah, tepat guna, dan mampu meningkatkan produksi.
Menurutnya, sistem tanam jajar legowo meningkatkan populasi tanaman hingga 33 persen dari jarak tanam ideal dan juga mempermudah perawatan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan pengendalian gulma.
Kemudian dinilai mampu meningkatkan hasil produksi karena lebih banyak tanaman mendapatkan efek pinggir yang optimal serta pencahayaan matahari yang maksimal untuk proses fotosintesis.
Lahan pertanian tanaman padi produktif di Kabupaten Penajam Paser Utara 14.070 hektare dengan menghasilkan 3-4 ton per hektare dalam satu kali panen. Dalam satu tahun petani melakukan dua kali panen dan tercatat pada 2024 hasil panen padi capai sekitar 50.672 ton.
“Hasil panen padi petani ada kenaikan cukup signifikan pada musim panen pertama 2025 mencapai 6,3 hingga 6,6 ton per hektare dibanding tahun lalu yang hanya 3,4 sampai empat ton per hektare,” lanjut Gunawan.