IKNPOS.ID – Empat negara Asia memberi apresiasi terhadap program vaksinasi Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah diterapkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Empat negara Asia yang memberi apresiasi itu adalah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Jepang.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin, keberhasilan program ini telah menarik perhatian mancanegara.
“Vaksinasi DBD kita sudah diapresiasi oleh dunia internasional. Buktinya, kami diundang ke Singapura pada Februari lalu untuk menyampaikan bagaimana program ini berjalan,” kata Jaya, Sabtu, 3 Mei 2025.
Ia juga menjelaskan, setelah Singapura, pihaknya juga dijadwalkan untuk menjadi narasumber di Penang (Malaysia) pada Oktober mendatang.
“Berikutnya, Thailand dan Jepang juga berminat untuk mengundang kami. Ini karena Kaltim menjadi contoh yang baik dalam implementasi vaksinasi DBD,” ucapnya.
Jaya menjelaskan bahwa undangan dari empat negara tersebut merupakan kesempatan untuk berbagi pengalaman mengenai ide awal hingga keberhasilan implementasi vaksinasi DBD di Kaltim.
Saat ini, program vaksinasi DBD di Kaltim telah berjalan di Kota Samarinda dan Balikpapan, dan bakal diperluas ke Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun ini.
“Dengan adanya vaksinasi ini, kita bisa mengurangi angka hospitalisasi akibat DBD. Selama hampir dua tahun berjalan, mereka yang sudah divaksinasi tidak pernah lagi terserang DBD, menandakan program ini berjalan efektif,” ujarnya.
Dinkes Kaltim sendiri menyasar anak usia sekolah dalam program vaksinasi DBD. Jaya menjelaskan bahwa pemilihan kelompok usia itu didasarkan pada data kasus DBD yang menunjukkan tingginya potensi penularan saat anak-anak berada di lingkungan sekolah.
“Nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD, aktif menggigit pada pagi hingga sore hari,” cakapnya.
Jaya juga menyoroti perbedaan strategi penanganan DBD di Kaltim dengan negara lain. Ia mencontohkan Singapura yang masih mengandalkan metode 3M Plus dan teknologi Wolbachia.
“Di Singapura, Wolbachia sudah diterapkan selama 15 tahun, namun dinilai kurang efektif dibandingkan dengan vaksinasi,” ucap Jaya.