IKNPOS.ID – Isu panas kembali bergulir di dunia maya! Kali ini, menyangkut Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang dikabarkan terlibat perdebatan dengan seorang remaja perempuan soal larangan wisuda dan perpisahan sekolah.
Momen ini terjadi di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Sabtu (26/4) lalu, dan juga diunggah langsung di Instagram pribadi Dedi.
Namun, belakangan muncul tudingan bahwa kejadian itu adalah rekayasa atau setting-an.
Pasalnya, sosok remaja perempuan yang diketahui bernama Aura Cinta disebut-sebut sebagai talent atau pemeran bayaran. Apa kata Dedi soal ini?
Tanggapan Dedi Mulyadi
Menanggapi kabar miring tersebut, Dedi Mulyadi dengan santai memberikan klarifikasi. Menurutnya, ia memilih untuk berpikir positif terhadap Aura Cinta.
“Saya berprasangka baik, anak itu pintar. Dan anak itu berani sehingga mau menyampaikan di depan gubernur,” ucap Dedi kepada awak media usai menghadiri Rapat Koordinasi Gawe Rancage di Pusdai, Bandung, Senin (28/4/2025).
Dedi juga menambahkan bahwa ia mengapresiasi keberanian remaja tersebut, terlepas dari kontroversi yang beredar di media sosial.
Baginya, ini justru menjadi kesempatan untuk membangun budaya berpendapat yang sehat di kalangan generasi muda.
Meski demikian, Dedi tetap menekankan bahwa sebagai kepala daerah, tugasnya adalah mengarahkan agar argumentasi yang disampaikan remaja itu memiliki dasar kuat.
Larangan Wisuda Tidak Akan Dicabut
Soal pokok permasalahan, larangan wisuda di Jawa Barat, Dedi menegaskan pendiriannya tetap sama: larangan itu tetap berlaku untuk seluruh jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga SMA.
“Kalau TK, SD, SMP, SMA tidak boleh ada wisuda. Sudah, kenaikan kelas ya kenaikan kelas. Kelulusan, ya kelulusan,” tegasnya.
Menurut Dedi, keputusan ini diambil demi membantu meringankan beban ekonomi orang tua siswa.
Ia menyadari, mungkin bagi sebagian orang, biaya wisuda hanya terasa seperti “Rp1 juta doang”, tapi bagi banyak keluarga lain, angka itu sangat berat.
Dedi juga mengkritik fenomena sekolah yang menyelenggarakan acara mewah, bahkan sampai mengundang band seharga Rp200 juta hanya untuk acara kelulusan.
Akibatnya, banyak orang tua harus berutang ke bank emok (pinjaman mikro berbunga tinggi), yang justru memberatkan kondisi keuangan mereka.