Jiang Zemin berumur panjang. Setelah berhenti sebagai presiden ia masih hidup selama 19 tahun. Selama 19 tahun itu tidak sekali pun Jiang Zemin tampil di media. Atau terlihat di tempat umum. Atau memberikan pandangan dalam satu acara. Apalagi melancarkan kritik. Tidak. Total pensiun. Menghilang.
Pun perdana menterinya yang terkenal itu: Zhu Rongji. Yang Anda sering mengingatnya sebagai panglima pemberantasan korupsi di Tiongkok. Anda masih ingat doktrin ”100 peti matinya” dalam ketegasannya memberantas korupsi.
Zhu Rongji juga sama sekali tidak pernah tampil. Jangankan terlihat. Tercium pun tidak.
Pun Presiden Hu Jintao yang menggantikan Jiang Zhemin. Setelah dua periode mejabat, presiden Hu Jintao pun lenyap.
Ia yang juga berhasil memasukkan satu unsur lagi sebagai pilar tambahan partai komunis Tiongkok. Pilar keempat: sains. Ilmu pengetahuan. Apa pun yang tidak ilmiah harus ditolak.
Memang pernah ia jadi berita. Satu kali. Yakni menjelang diubahnya konstitusi Tiongkok yang membatasi masa jabatan presiden. Dulunya maksimal dua periode menjadi tidak ada batas.
Hu hari itu kelihatan dipapah meninggalkan kursi sidang umum ”MPR” Tiongkok. Terlihat tangannya menepis petugas.
Pers barat menafsirkan tepisan itu menandakan Hu Jintao tidak mau pergi. Ia protes atas perubahan itu. Tapi bisa saja Hu, yang sudah terlihat tua dan lemah, sebenarnya akan ke toilet dan merasa bisa berjalan sendiri.
Tidak perlu dipapah. Mungkin Anda juga ingat adegan mantan ibu negara yang menepis tangan suaminyi yang terlihat ingin merangkulnyi. Tafsir tepisan itu pun ke mana-mana. Padahal hanya dua orang itu yang tahu konteks sebenarnya.
Hu Jintao tidak pernah bicara apa yang sebenarnya terjadi. Ia meneruskan tradisi mantan presiden sebelumnya: tidak mau tampil ke publik.
Tentu Indonesia tidak bisa meniru itu. Pun Amerika. Singapura kelihatannya meniru Tiongkok, meski tidak 100 persen.
Para mantan presiden di Indonesia adalah tokoh. Media memperlakukan tokoh sebagai sumber berita. Mantan presidennya sendiri mungkin tidak ingin tampil. Medialah yang terus memburunya.