Politikus Golkar Idrus Marham tidak setuju dengan istilah matahari-matahari itu. Matahari terlalu terang. Politik itu remang-remang.
Ternyata tidak sesederhana lebaran. Sehari setelah ada penjelasan Muzani itu para perwira menengah polisi bersilaturahmi ke kediaman Jokowi di Solo. Mereka pakai pakaian dinas. Resmi. Tentu tidak dalam rangka lebaran.
Para perwira itu ternyata peserta pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Sespimmen) Polri. Mungkin mereka harus bertemu banyak narasumber di bidang kepemimpinan. Mereka calon pemimpin. Calon bintang satu. Salah satu yang mereka pilih Jokowi.
Bahwa mengapa mereka memilih Jokowi tentu urusan mereka. Mungkin tidak sampai mempertimbangkan apakah yang seperti itu sensitif atau tidak. Dan Muzani tidak dalam kapasitas untuk ngomong lagi. Apalagi itu sudah jauh dari politik.
Tidak ada aturan boleh atau tidak boleh. Mungkin lebih ke bijaksana atau tidak bijaksana. Kita belum bisa menilai. Kita tidak tahu apa yang diinginkan dari Jokowi. Apa pula yang dikemukakannya.
Siapa tahu Jokowi justru berpesan: lakukan reformasi di kepolisian. Jangan-jangan Jokowi justru minta: “lakukan apa yang belum sempat saya lakukan. Yakni reformasi di tubuh polri”.
Asyik kan?
Isu ”matahari kembar” –seperti yang berkembang di Indonesia belakangan– tidak pernah terjadi di Tiongkok. Di sana seorang presiden yang sudah meletakkan jabatan tidak pernah tampil di media masa. Sudah seperti langsung hilang ditelan bumi.
Pun seorang mantan perdana menteri. Diam. Hilang. Lenyap. Tidak mau cawe-cawe. Terlihat pun tidak.
Kurang hebat apa presiden dua periode Jiang Zemin. Ia-lah yang berhasil mengubah konstitusi: bahwa sokoguru komunis itu tidak lagi hanya buruh dan tani. Ia yang berhasil menambah sokoguru ketiga di partai komunis Tiongkok: pengusaha.
Ideologi asli komunis adalah gerakan buruh. Ketika komunis masuk Tiongkok, kata ”buruh” ditambah dengan ”buruh tani”. Buruh dan buruh tani harus bergerak melawan pengusaha dan tuan tanah.
Di zaman Jiang Zemin, justru pengusaha dimasukkan sebagai tiga unsur penting komunisme Tiongkok: buruh, tani, pengusaha.