Apa jawaban Jonan? “Saat itu saya minta waktu untuk berpikir apakah akan mampu atau tidak,” tulis Jonan.
Akhirnya Anda pun tahu: Jonan tidak punya waktu memikirkannya.
Tak lama setelah pulang dari Vatikan Jonan dipanggil ke istana. Ia diangkat lagi jadi menteri, tanggal 14 Oktober 2016: menteri ESDM.
Meski begitu tahun-tahun berikutnya Jonan tetap mendapat kesempatan bertemu Sri Paus. Setiap tahun: 2017, 2018, 2019. Lalu tidak bertemu lagi karena pandemi Covid-19. Tahun 2019 itu masa jabatan Jonan sebagai menteri ESDM berakhir.
Di pertemuan kedua, ketiga dan keempat, Jonan sudah bisa bicara lebih dari satu kalimat. Di setiap pertemuan itu Jonan menanyakan apa harapan semua orang Katolik di Indonesia.
“Holy Father, when do you plan to visit Indonesia?” tanya Jonan pada Sri Paus.
Setiap itu pula Sri Paus selalu mengatakan akan mempertimbangkannya. Yakni setelah melihat keadaan kesehatannya. “Dari situ saya berkesimpulan beliau benar-benar ingin ke Indonesia,” ujar Jonan.
Selesai dari tugas sebagai menteri ESDM Jonan pamitan ke beberapa duta besar. Termasuk Duta Besar Vatikan, Mgr Piero Pioppo. Saat itulah sang duta besar mengatakan: mungkin saja Jonan akan diminta membantu persiapan kunjungan Sri Paus ke Indonesia.
Jonan menyanggupinya dengan sepenuh hati. “Saya siap untuk bangsa dan untuk gereja, seperti yang dikatakan oleh pahlawan nasional Uskup Agung Soegijapranoto: 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia,” ujar Jonan.
Selepas Covid, Jonan mendapat kesempatan lagi bertemu Sri Paus. Bahkan kali itu bersama seluruh keluarga besarnya: istri, anak, mertua, adik, ipar, keponakan. Jonan begitu terharunya. “Siapalah saya ini. Bisa dapat kesempatan bertemu Sri Paus,” tulisnya merendah.
Waktu itu Jonan dan keluarga diterima Sri Paus di ruang perpustakaan pribadi: Biblioteca del Palazzo Apustolico. Di ruang itulah Sri Paus biasa menerima tamu-tamu negara. Termasuk ketika menerima Presiden Joe Biden dan Presiden Donald Trump.
Tahun 2024 Jonan dipanggil Duta Besar Takhta Suci Vatikan di Jakarta.