Pertemuan Presiden Prabowo dengan delapan naga tempo hari ternyata hanya berhasil sesaat: hari-hari setelah pertemuan itu saham bisa sedikit merangkak naik. Tapi beberapa hari kemudian anjlok lagi. Kian dalam.
Saya tidak tahu siapa dirigen untuk mengatasi krisis pasar modal sekarang ini. Tidak terlihat sosok yang tampil. Begitu banyak menko, belum ada yang terlihat.
Yang kita perlukan, setidaknya, ada menteri ekonomi yang berani menelepon presiden untuk mengajak rapat darurat.
Sebenarnya terlalu mahal kalau inisiatif langkah cepat itu harus datang dari presiden sendiri. Tapi saya tidak melihat ada inisiatif dari bawah presiden. Jangan-jangan semua diam untuk menunggu komando.
Apakah pasar modal bisa dijaga aparat keamanan agar tidak ada capital outflow? Tentu tidak bisa. Justru akan dilihat sebagai antipasar.
Kalau roadshow berhasil, kepercayaan akan muncul. Sebaliknya, kalau gagal, introspeksi harus dilakukan all out.
Tentu roadshow bukan satu-satunya jalan. Bahkan bukan jalan pintas. Untunglah tadi malam Sri Mulyani bikin pernyataan: dia masih tetap konsentrasi mengurusi pekerjaannya sebagai Menteri Keuangan. Artinya rumor santer bahwa dia mengundurkan diri tidak terbukti.
Tanpa pernyataan Sri Mulyani itu bisa jadi rumor terus beredar. Apalagi sampai pukul 18.00 kemarin petang belum satu pun ekonom pemerintah yang tampil meredakan krisis. Semua seperti tunggu komando.
Yang muncul justru dari arena politik. Pimpinan DPR sigap mendatangi gedung bursa untuk memberikan dukungan pada bursa Indonesia: dipimpin Sufmi Dasco Ahmad, orang kuat Presiden Prabowo di bidang politik. Ada juga ketua Komisi XI DPR Misbakhun.
“Siapa saja bisa jadi pemimpin. Sampai datanglah saat-saat krisis seperti ini”. (Dahlan Iskan)