Program peningkatan ekonomi berbasis lokal berkelanjutan yang dimaksud berupa pengembangan produk olahan ikan bilih sebagai komoditas unggul.
Ikan bilih, bilis atau bako (Mystacoleucus padangensis), merupakan jenis ikan endemik air tawar yang hanya dapat dijumpai di Danau Singkarak atau di sungai-sungai di sekitar danau itu.
Masyarakat di sekeliling Danau Singkarak telah berburu bahkan membudidayakan ikan air tawar itu sebagai sumber mata pencaharian utama selama bertahun-tahun. Ikan-ikan berukuran sekitar 115 milimeter itu umumnya diolah menjadi makanan ringan atau lauk-pauk.
PLN mengarahkan berbagai program termasuk edukasi, pelatihan hingga pemberian alat tangkap bagi nelayan hingga program konservasi perlindungan ikan bilih.
“Kami memastikan keberadaan PLTS Terapung Danau Singkarak tidak akan mengganggu habitat alami ikan bilih,” ujar dia menegaskan.
Bahkan, pihak-pihak terkait menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan peneliti serta lembaga riset lainnya guna mempelajari ekosistem Danau Singkarak demi keberlanjutan lingkungan.
Singkatnya, pembangunan PLTS Terapung Danau Singkarak tidak hanya sebatas solusi energi bersih yang berkelanjutan, melainkan juga mesti memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, khususnya penyelamatan satwa endemik di danau tersebut.
Akan jadi PLTS terbesar di Sumatera
Direktur Utama PT PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra mengatakan PLTS Terapung Danau Singkarak tidak hanya ditujukan untuk mendistribusikan listrik di wilayah Provinsi Sumatera Barat saja, namun juga bagi berbagai daerah lain di Pulau Sumatera.
“Insyaallah PLTS Terapung Danau Singkarak ini akan menjadi pembangkit listrik dengan daya paling besar di Sumatera,” kata Edwin.
Secara umum, pembangunan PLTS itu juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto khususnya poin kedua yakni memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan ekonomi biru.