Rania memanfaatkan bahan-bahan alami yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme sehingga tidak meninggalkan residu berbahaya di lingkungan.
Proses pengembangan Eco Lindi menggunakan ekstrak tumbuhan yang memiliki sifat antibakteri dan antijamur untuk mengatasi mikroorganisme penyebab bau.
Melalui proses fermentasi tertentu, bahan-bahan ini diubah menjadi cairan aktif yang mampu menghilangkan bau secara efektif.
“Eco lindi dibuat dari air lindi dicampur dengan sisa air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik, dicampur dalam satu wadah kedap udara atau tangka,” jelas Mahasiswi UGM asal Sidoarjo itu.
Untuk cara penggunaanya sendiri, kata Rania, hanya tinggal menyemprotkan ke timbunan sampah. Dalam waktu 3–10 menit Eco Lindi akan bereaksi menetralkan bau sampah.
“Untuk menahan bau bisa tahan sampai 6–10 jam, dengan persentase menurunkan bau 50 persen ke atas, itu kalau takarannya pas,” pungkasnya.
Bakal Diterapkan di IKN
Direktur Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Onesimus Patiung berencana menerapkan Eco Lindi untuk penanganan sampah di IKN.
Rencana itu didapat usai pihaknya melakukan kunjungan ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sampah di Griyo Mulyo, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Rencana untuk penanganan sampah di IKN kami akan menerapkan seperti di TPA Jabon Sidoarjo,” kata Onesimus di TPA Jabon, dikutip Minggu 28 Juli 2024.
Menurutnya, penerapan Eco Lindi sangat efektif karena berfungsi dapat menghilangkan bau sampah.
“Kami sangat mengapresiasi penanganan sampah di TPA di Jabon Sidoarjo. TPA di sini tidak menimbulkan bau, karena cairan eco lindi,” ujarnya
Selain tidak menimbulkan bau, kata Onesimus, di TPA Griyo Mulyo juga tidak tampak adanya lalat.
“Biasanya lokasi sampah identik dengan lalat. Dalam penanganan sampah di IKN nantinya akan kami terapkan dengan menggunakan eco lindi,” ucapnya.