Karena itu, pemerintah ingin mencontoh PT Freeport Indonesia yang menjaga wilayah kerjanya di Kuala Kencana, Timika, Papua, dari malaria.
Distrik Kuala Kencana di Kota Timika menjadi contoh pembukaan lahan hutan tanpa untuk pemukiman. Malaria di distrik tersebut 0 kasus. Padahal sekelilingnya hutan yang merupakan wilayah endemis tinggi.
“Kami melihat pendekatan penanggulangan malaria yang dilakukan Freeport di wilayah Kuala Kencana bisa cocok di IKN,” ucapnya.
Pola mitigasi yang dilakukan, yaitu dengan pengendalian vektor dan lingkungan, pemeriksaan parasit pada nyamuk dan manusia, memastikan drainase air mengalir, dan pada genangan air atau air tidak mengalir dengan cara menutup atau menimbun atau pemberian larvasida, serta melepas ikan pemakan jentik.
“Ada petugas khusus yang setiap hari memantau potensi tempat perindukan nyamuk malaria di Freeport, bahkan di pelepah daun pun mereka memeriksa. Mereka lakukan pengamatan di setiap air tergenang secara rutin,” kata Plh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr Hellen Dewi Prameswari.
Helen memastikan, hingga saat ini belum terdeteksi adanya kasus malaria di IKN. Namun, mitigasi dari kasus yang dipicu gigitan nyamuk Anopheles itu masih tetap diperlukan.
Kabupaten Penajam Paser Utara, wilayah penyanggah Ibu Kota Nusantara (IKN), menjadi salah satu wilayah Indonesia yang memiliki jumlah kasus malaria tinggi.
“Seperti yang kita tahu, Penajam Paser Utara mendapat porsi yang cukup besar di dalam wilayah IKN yaitu sebesar 60%. Oleh karena itu kami menyelenggarakan kegiatan menuju IKN bebas malaria,” pungkasnya.